Cibolang – Hot Spring

Sabtu, 27 Februari 2010….

“Kita mau kemana ini?”…..suara dari walkie talkie yang dipegang Alin berbunyi, sesaat setelah mobil saya belokan keluar dari jalur utama dan mulai memasuki jalan perkebunan teh yang jelek dan sempit – hari sudah sore dan cuaca hujan rintik-rintik, udara dingin pegunungan menyusup masuk dari jendela mobil yang memang saya biarkan terbuka sedikit. Sore itu, dengan tiga mobil beriringan kami tengah dalam turing keluarga mengeksplorasi daerah Pangalengan – Bandung Selatan, Jawa Barat. 

“Kita mau ke Cibolang” jawab Alin setelah bertanya dulu kepada saya, sebenernya kita mau kemana?

“Ada apaan disana…?” suara tanya lagi dari walky talkie yang berada di mobil Teguh

“Pemandian air panas….” Jawab Alin lagi-lagi setelah tanya dulu kepada saya.

“Emangnya ada? jangan-jangan nanti air panasnya – orang lagi masak air” suara dari walkie talky menyahuti sambil becanda.

Saya tersenyum  menanggapi candaan tersebut, memang terbersit juga rasa ragu di hati saya, pemandian seperti apa yang ada di tengah-tengah perkebunan teh seperti ini? pikir saya.

Saya memang belum pernah menjelajahi daerah Pangalengan ini – padahal mereka mengandalkan saya sebagai tour guide dalam turing keluarga ini hehehe maklumlah saya yang paling sering jalan mbulusuk-mbulusuk daerah pedalaman jawa barat.

Namun pemandangan indah yang disuguhkan alam Pangalengan ini benar-benar membius mata membuat saya tidak terlalu peduli dengan keraguan hati saya – seandainya tidak ketemu pemandian tsb ataupun jika ternyata pemandian tersebut tidak sebaik yang kami harapkan, toh kami sudah bisa menikmati pemandangan seindah ini dan bisa menyelusup masuk perkebunan teh ini  sudah merupakan pengalaman yang tidak terlupakan….

Seperti kemarin sore ketika  kami menikmati keindahan kawah putih di Ciwidey semua anggota rombongan merasa puas dan terpesona dengan kecantikan dan keasrian pemandangan di kawah putih ini; dan bagi saya yang menjadi tour guide ini merupakan kepuasan tersendiri.

Tadi pagi kami menikmati keindahan Situ Patengan – sayang hujan lebat yang turun membatalkan kunjungan kami ke Ranca Upas sehingga kami putuskan untuk bergerak ke Pangalengan dalam cuaca hujan, dan setelah menikmati santap siang sop buntut istimewa di rumah makan Asti, plus tidak lupa tentunya minum susu segar hangat yang merupakan salah satu minuman  khas di Pangalengan ini (karena pangalengan terkenal dengan produksi susu segarnya), saya sendiri lebih memilih Bandrek susu, kami mencoba untuk mengeksplore Pangalengan.

Karena saya juga baru pertama kali ke Pangalengan maka saya juga tidak terlalu tau dengan pasti mau dibawa kemana rombongan ini hehehe, sempet muter-muter di perkebunan teh Malabar dan sempet liat penunjuk arah bertuliskan makam Boscha, tapi karena cuaca yang masih hujan rintik-rintik kami tidak turun untuk jalan kaki kesana,  dan kini akhirnya disinilah kami berada diantara perkebunan teh menuju ke Cibolang.

Kami terus menyelusup memasuki jalan perkebunan teh yang  dimiliki oleh PT Perkebunan Negara VIII (PTPN VIII), mobil kami terguncang-guncang oleh lubang-lubang jalanan dan sesekali menyeberangi genangan air hujan. Didepan kami tampak kaki gunung entah gunung apa namanya saya tidak tahu pasti – yang jelas disisi kiri gunung tersebut dari kejauhan tampak instalasi panas bumi Wayang Windu (yang ini saya tau karena nanya orang) dengan uap putihnya yang tebal membumbung tinggi kelangit yang saat itu berwarna kelabu karena mendung. DiKaki gunung ini juga tampak garis-garis pipa besar berwarna keperakan yang sangat kontras dengan latar belakang kaki gunung yang hijau tertutup perdu teh maupun pepohonan lainnya. Pipa tersebut nampaknya untuk mengalirkan entah uap panas atau gas ke atau dari instalasi panas bumi.

Beberapa kali saya terpaksa bertanya kepada orang untuk meyakinkan arah ke cibolang ini, maklum makin masuk ke dalam perkebunan suasananya makin sepi dan jalannya pun tidak meyakinkan bahwa itu menuju daerah wisata.

Sampai akhirnya kami melihat ada jalan yang menyimpang ke kiri menuju sebuah gerbang dengan tulisan pemandian air panas tirta camellia – cibolang, langsung saja mobil saya arahkan ke bangunan tersebut.

Ditempat parkir saya liat 2 – 3 mobil dan beberapa sepeda motor sedang parker, dari tempat parkiran ini saya juga bisa melihat ada dua buah kolam renang, kemudian bangunan semacam kantin yang terlihat tidak terawat dengan baik dan di ujung dekat kolam renang terlihat bangunan dengan beberapa pintu yang ternyata ruang berendam – tadinya saya pikir kamar ganti atau toilet.

Secara umum suasananya saat itu tidak terlalu ramai entah karena kami datang sudah sore, sekitar 15.30 atau memang suasananya sehari-hari memang seperti ini?

Saya menunggu pendapat rombongan apakah OK dengan kondisi pemandian ini? Soalnya adik-adik saya ini sangat concern terhadap kenyamanan dan kebersihan tempat wisatanya mengingat mereka membawa anak-anaknya yang masih kecil-kecil.

Setelah melihat bahwa kolamnya bersih walaupun tidak terlalu luas, akhirnya disepakati untuk menghabiskan waktu disitu, apalagi anak-anak sudah tidak sabar ingin berenang – sayangnya sarana ganti pakaiannya sangat tidak memadai diruang toilet yang gelap karena tidak ada lampunya, namun demikian tidak mengurangi kegembiraan  anak-anak untuk berenang.

Bapak-bapaknya pun juga tidak ketinggalan ingin berendam, soalnya memang nikmat bisa berendam di kolam air hangat ditengah perkebunan teh yang sejuk apalagi tubuh ini sudah cukup penat menyetir seharian…..terapi berendam air hangat ini mampu membuat tubuh fresh kembali…..

Apalagi cuaca yang tadinya gerimis kini berangsur cerah, sehingga udara terasa begitu sejuk dan bersih nikmat sekali untuk berendam di kolam air hangat ini.

Alya, Mira dan Faris yang biasanya nggak suka berenang sekarang sudah asyiik bermain air bersama, sementara Qatri masih asiik berenang sama ayahnya. Alin dan Arif juga asiik berenang, Tanto yang tadinya tidak ingin berenang dengan alasan tidak bawa celana ganti lagi akhirnya berenang juga. Hanya Fina dan ibu-ibunya saja yang nggak berenang…..

Belakangan saya baru tahu ternyata ada dua buah pemandian air hangat di Cibolang ini, satu milik perkebunan (PTPN) ini yang saya kunjungi dan satunya milik PT. Perhutani lokasinya masih disebelah atas lagi dari tempat kami ini. (wah kapan-kapan perlu tau juga tuh pemandian yang satunya)

Sementara kami dan anak-anak berenang, Susan isterinya Teguh sibuk booking hotel, memang yang untuk Pangalengan ini kami tidak booking hotel dari awal seperti ketika kami kemarin ke Ciwidey – soalnya memang rencana eksploring Pangalengan ini saya masukan dalam optional item – tergantung cuaca, dan waktu yang tersedia-  tujuan utamanya adalah Ciwidey dan sekitarnya.

Segarnya berendam di kolam air hangat di alam terbuka di kaki gunung yang sejuk dan ditengah pemandangan kebun teh membuat kami lupa waktu, tidak terasa sudah pukul 17.15 – kami harus bergegas mentas nih supaya tidak terlalu malam dijalan.

Menjelang jam 17.45 kami sudah berada di mobil kami masing-masing, dan selanjutnya bergerak kembali menyusuri jalanan perkebunan untuk kemudian masuk ke jalan utama mengarah ke Pangalengan.

Cuaca yang cerah membuat kami bisa menikmat senja yang indah di perkebunan teh ini, Matahari yang kini mulai memasuki horizon menyemburatkan warna jingga di langit sekitar tempatnya berada. Sisa cahayanya membuat siluet-sluet tegas dari pepohonan yang berdiri tegak di tengah-tengah perdu teh yang datar. Indah sekali, kami sampai terpaksa berhenti dipinggir jalan untuk mengabadikan dan menikmati proses masuknya sang matahari ke peraduannya. Siangpun berganti malam.

Dalam suasana malam perkebunan kami lanjutkan ke Pangalengan, sengaja kami tidak langsung ke hotel tapi mencari makan dulu mengingat perut sudah perlu di isi, apalagi udara dingin menyebabkan kami lebih cepat lapar.

Setelah menikmati santap malam sate ayam dan kambing yang maknyuss kami pun menuju hotel tidak lama setelah pembagian kamar dan menurunkan barang-barang, masing masing keluarga masuk kamarnya untuk beristirahat dan membawa kesan perjalanan hari ini dalam tidurnya masing-masing……zzz…zzz…zzz.